Selasa, 27 November 2012

MataQ Perih... Ahaaaaa... Pake Chloramfenicole Tetes Mata Pasti Jadi "~CihuyY~"


CHLORAMFENICOLE TETES MATA
Indikasi dan Dosis
Chloramphenicol diindikasikan untuk pengobatan topical dari infeksi akut konjungtifitis bacterial pada orang dewasa, orang tua, maupun anak-anak umur 2 tahun atau lebih. Digunakan sebanyak satu tetes pada mata yang terinfeksi selama dua jam pada 48 jam awal dan empat jam setelahnya. Tidur tidak perlu diganggu untuk pemberian tetes mata. Pengobatan yang biasa dibutuhkan selama lima hari.
Penggunaan
Pasien disarankan untuk mencuci dan mengeringkan tangan sebelum dan sesudah pemakaian. Miringkan kepala kebelakang dan pelan-pelan menarik kelopak mata bagian bawah ke bawah untuk membentuk kantong. Tekan botol untuk melepaskan satu tetes pada kelopak mata bagian bawah. Cobalah untuk tidak menyentuh mata atau terusap dengan ujung botol. Kedipkan mata beberapa kali untuk membantu penyebaran obat. Ulangi proses tersebut setiap kali tetes mata digunakan. Infesi pada mata sangat mudah menyebar pada mata lainnya (dan juga orang lain -  hindari berbagi handuk, lap, dan lain-lain), biasanya gunakan obat tetes mata pada kedua mata apabila keduanya terinfeksi.
Pasien terkadang merasakan rasa obat tetes mata di mulut atau merasakan tetes tersebut mengalir ke tenggorokan. Gunakan jari untuk menekan ujung dalam pada mata (dekat hidung) sekitar satu menit setelah menggunakan tetes, akan membantu menghentikan obat memasuki hidung dan tenggorokan.
Bagaimana Kloramfenikol Bekerja
Kloramphenicol merupakan bakteriostatik yang memiliki spektrum yang luas terhadap berbagai jenis baketeri gram negatif dan gram positif. Kloramfenikol memberikan antibacterial efek dengan mengikat ribosom bakteri dan menghambat sintesa protein bakteri.
Pada penyakit konjungtifa akut, biasanya disebabkan oleh staphilokoci atau streptokoci pada orang dewasa, dan juga Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis.
Ciri-ciri dari infeksi konjungtifa adalah (bakteri ataupun virus): mata terlihat membengkak dan merah atau pink, mata tidak nyaman dirasakan dengan perasaan terbakar atau berpasir (tetapi tidak tajam atau member rasa sakit yang penting) dan kotoran.
Kotoran mata tersebut lengket dan mokopurulent terhadap bakteri dan lebih berair dari infeksi viral. Bakterial konjungtifitis juga dapat membuat mata sulit terbuka pada pagi hari karena kotoran yang mongering.
Infeksi konjungtifitis biasanya dimulai pada satu mata lalu menyebar ke tempat lain. Penglihatan tidak terganggu biasanya, tetapi bila dihubungkan dengan kotoran mata, menyebabkan penglihatan buram, dan terdapat partikel yang terlihat bergerak.Tidak terdapat fotofobia.
Kontra Indikasi
Tetes mata kloramfenikol di kontra indikasikan untuk orang yang memiliki sejarah hipersesitif pada kloramfenikol ataupun zat kandungan pada tetes mata. Myelosuppression pada saat penggunaan pertama chloramfenikol dan pasien dengan sejarah keluarga dyscrasias darah termasuk aplastic anemia.
Cautions
Pasien disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter bila gejala tidak berkurang dalam 48 jam.
Pasien juga harus disarankan untuk mencari tenaga ahli medis bila gejala memburuk.
Pengguna Kontak Lens
Pengguna Kontak Lens memiliki resiko besar terkena infesi pada mata. Bila tetes mata kloramfenikol digunakan mengikuti saran dari optometrist, atau dokter, kontak lens tidak boleh digunakan selama pengobatan. Hard contact lens harus mengganti dengan kaca mata dan dapat menggunakan kontak lens lagi setelah pengobatan selesai, sedangkan soft contact lens harus diganti dalam waktu 24 jam setelah selesai pemberian obat.
Efek Tidak Diinginkan
Efek samping biasanya kecil, seperti rasa terbakar saat penggunaan atau sensasi tertusuk pada mata saat pemakaian tetes mata. Efek samping yang serius meliputi reaksi hipersensitif yang biasa disebabkan manifestasi udem angioneurotik, anafilaksis, urtikaria, demam, dan fesikular dan dermatitis makulopapular. Pengobatan harus dihentikan segera. Lihat SPC untuk keterangan lengkapnya.
Walaupun dalam kenyataan, jarang terjadinya efek samping tersebut maupun aplastik anemia pada penggunaan chloramphenicol di mata.
Interaksi Obat
Obat yang menekan tulang sum-sum tulang belakang harus dihindari.
Kehamilan dan Menyusui
OTC Kloramfenikol tidak direkomendasikan pada saat kehamilan maupun saat menyusui.
Penyimpanan
Disimpan pada kulkas (2-8oC). Sekali dibuka, tetes mata harus dibuang dalam lima hari.
Farmasis diingatkan untuk memiliki sistem penyimpanan untuk memastikan tetes mata kloramfenikol disimpan terpisah dengan pendingin dari obat lainnya (seperti: Chloramfenikol untuk telinga) hal ini berguna untuk mencegah salah pengambilan obat.

Farmasi `````````CihuyyY````````

Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik, memformulasi, mengidentifikasi, mengobinasi, menganalisis serta menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat beserta pendistribusian dan penggunaannya secara aman. Farmasis (apoteker) merupakan gelar profesional dengan keahlian di bidang farmasi. Farmasis biasa bertugas di institusi-institusi baik pemerintahan maupun swasta seperti badan pengawas obat/makanan, rumah sakit, industri farmasi, industri obat tradisional, apotek, dan di berbagai sarana kesehatan.

Farmasi merupakan penggabungan dan penerapan dari ilmu-ilmu alam dan ilmu farmasi itu sendiri. Berikut ini beberapa ilmu-ilmu farmasi:

  1. Farmakognosi adalah ilmu yang mempelajari tentang sumber bahan obat dari alam, terutama dari tumbuh-tumbuhan.
  2. Farmakodinamik adalah ilmu yang mempelajari pengaruh obat terhadap sel hidup atau terhadap organisme hidup, terutama reaksi fisologis yang ditimbulkannya.
  3. Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi) dan ekskresi obat (ADME).
  4. Farmakoterapi adalah ilmu yang mempelajari tentang penggunaan obat dalam pengobatan penyakit
  5. Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang zat-zat racun dengan khasiatnya serta cara-cara untuk menganal/mengidentifikasi dan melawan efeknya.
  6. Kimia farmasi analisis adalah ilmu yang mempelajari tentang analisis kualitatif dan kuantitatif senyawa-senyawa kimia, yang berhubungan dengan khasiat dan penggunaanya sebagai obat.
  7. Farmasetika adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat, yang meliputi pengumpulan, pengenalan, pengawetan dan pembakuan bahan obat-obatan; seni peracikan obat; serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk tertentu sehingga siap digunakan sebagai obat.
  8. Teknologi farmasi adalah ilmu yang membahas tentang teknik dan prosedur pembuatan sediaan farmasi dalam skla industri farmasi termasuk prinsip kerja serta perawatan/pemeliharaan alat-lat produksi dan penunjangnya sesuai ketentuan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
  9. Biofarmasetika adalah ilmu yang mempelajari pengaruh formulasi terhadap aktivitas terapi dan produk obat
  10. Farmasi klinik meliputi kegiatan memonitor penggunaan obat, memonitor efek samping obat dan pemberian informasi obat bagi yang membutuhkannya.
  11. Manajemen farmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang administrasi, manajemen, dan pemasaran yang berhubungan dengan kewirausahaan farmasi beserta aspek-aspek kewirausahaannya.
Lulusan sarjana farmasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan apoteker memiliki banyak pilihan tempat bekerja tergantung dari minat masing-masing. Berikut ini beberapa lapangan pekerjaan yang bisa dimasuki oleh seorang apoteker:
1. Apotek
Seorang apoteker bisa bekerja di apotek sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA) atau jika mempunyai modal yang cukup bisa mendirikan apotek sendiri
2. Rumah sakit
Di rumah sakit, apoteker bisa bekerja sebagai apoteker penanggung jawab depot obat di rumah sakit
3. Pedagang besar farmasi (PBF)
Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran perbekalan farmasi. Apoteker bisa bekerja sebagai penanggung jawabnya.
4. Industri Farmasi
Di industri farmasi, apoteker bisa bekerja di:
• Bagian penelitian dan pengembangan obat
• Bagian produksi obat
• Bagian Quality Control (QC)
• Bagian penjualan (sales) dan pemasaran (marketing) obat.
5. Instansi pemerintahan dan TNI/Polri
Di instansi pemerintahan dan TNI/Polri, apoteker bisa bekerja di:
• Bagian administrasi pelayanan obat pada instansi pemerintah/TNI/Polri
• Departemen Kesehatan (Depkes), Badan Pengawasan Obat Makanan (BPOM)
• Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas|) sebagai dosen bidang farmasi
6. Di klinik pemeriksaan
7. Wirausaha, misal dengan mendirikan apotek atau toko obat, membuat apotek hidup

Habiskan Yach Antibiotiknyaaaa,, Makas=cieeee


Anti biotic pertama kali ditemukan oleh Alexander Fleming secara tidak sengaja pada tahun 1928. Kemudian penggunaan antibiotik sebagai obat penyembuh segalanya menjadi booming di Eropa. Setiap penyakit bahkan yang tidak berhubungan dengan bakteri sekalipun diberikan antibiotik. Sampai disadarinya adanya resistensi dari bakteri.
Munculnya resistensi bakteri merupakan proses evolusi dari organisme yang telah bertahan dari dosis antibiotik sebelumnya. Sehingga dosis sebelumnya yang dapat membunuh tidak akan seefektif sebelumnya sehingga dosis antibiotik itu pun harus ditingkatkan.
Banyaknya bakteri yang telah kebal terhadap antibiotik di Indonesia disebabkan oleh kurangnya disiplin masyarakat dalam mengkonsumsi antibiotik secara benar dan juga kurangnya pengetahuan akan adanya resistensi itu sendiri. Apa bila suatu saat anda bertemu dengan keluarga ataupun teman anda, harap memberi tahukan kepada mereka pentingnya meminum antibiotik sampai habis (biasanya 10 tablet dalam 1 strip). Perlu diingat hilangnya gejala penyakit bukan berarti telah sembuh, artinya belum seluruh bakteri yang menyerang telah mati sempurna dengan kata lain bakteri/ kuman tersebut suatu saat akan bangkit kembali lebih kuat, lebih kebal terhadap antibiotik, dan menyerang kita lagi.
Meningkatnya kekebalan terhadap antibiotik menyebabkan meningkatnya angka kesakitan dan angka kematian. Oleh sebab itu, dibutuhkan antibiotik pilihan ke dua, dan pilihan ke tiga, dimana kemungkinan efek pengobatannya lebih kecil , atau juga efek sampingnya lebih besar, dan tentunya antibiotik alternatif tersebut lebih mahal. 

Sumber : 

Oil And Aqua Pro Injectiones


Minyak untuk Injeksi
Minyak untuk injeksi adalah minyak lemak nabati atau ester asam lemak tinggi, alam atau sintetik, harus jernih pada suhu 10º.
Pemerian. Syarat kelarutan; Sisa pemijaran; Minyak mineral; Minyak harsa; Senyawa belerang; Logam; Memenuhi syarat yang tertera pada olea pinguia.
Bilangan asam. Tidak kurang dari 0,2 dan tidak lebih dari 0,9.
Bilangan iodium. Tidak kurang dari 79 dan tidak lebih dari 128.
Bilangan penyabunan. Tidak kurang dari 185 dan tidak lebih dari 200.
Penyimpanan. Dalam wadah tertutup rapat, diisi penuh, terlindung dari cahaya.

Aqua Pro Injectiones

Aqua Pro Injeksi merupakan air yang di jernihkan dengan cara destilasi atau dengan reverse osmosis.
Aqua Pro Injeksi di buat dengan cara destilasi atau dua tahap RO. Disimpan dan dialirkan pada suhu tinggi (80oC) untuk memperoleh kualitas standar microbia.
Qualitas Mikroba
Pada USP monografi, tidak disebutkan batas minimum bakteri dari Aqua Pro Injeksi. Tidak perlu terlalu steril. Akan tetapi, pada monografi dijelaskan dengan detil bahwa Aqua Pro Injeksi tidak mengandung lebih dari 0.25 USP endotoxin unit (EU) per mL. Endotoksin merupakan kelas dari pirogen yang merupakan komponen dari dinding sel dari bakteri gram negatif (bakteri yang paling banyak dalam air).
Dinding sel tersebut terlepas saat sel bakteri tumbuh ataupun berasal dari bakteri mati. Dengan kata lain air tersebut harus memiliki qualitas terhadap microbial yang tinggi agar memiliki konsentrasi endotoxin yang rendah.  Pada USP di sebutkan batas rekomendasi minimum 10 cfu/ 100 mL (red: CFU = Colony Forming Unit). Metode yang digunakan untuk mengetes adalah membran filterasi dari 100 mL sampel dan lempeng agar pada temperatur inkubasi 30 – 35 derajat Celsius selama 48 jam.
Qualitas Kimia
Kemurnian terhadap zat kimia yang dibutuhkan aqua pro injeksi sama dengan aquades

Sumber
Farmakope Indonesia

Minyak AtSiri (Oleum Volatilla @ Minyak Menguap) From FI


OLEA VOLATILIA
Minyak Atsiri
Pemerian. Cairan jernih; bau seperti bau bagian tanaman asal.
Kelarutan. Mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
Identifikasi A. Teteskan 1 tetes minyak di atas air; permukaan air tidak keruh.
B. Pada sepotong kertas teteskan 1 tetes minyak yang diperoleh dengan cara penyulingan uap; tidak terjadi noda / tidak meninggalkan bekas/ transparan.
C. Kocok sejumlah minyak dengan larutan natrium klorida P jenuh volume sama, biarkan memisah; volume air tidak boleh bertambah.
Penyimpanan. Dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk.
PENETAPAM KADAR ESTER MINYAK ATSIRI TERASETILASI
Campur dan dinginkan dalam es 10 ml minyak atsiri yang telah dikeringkan dengan magnesium sulfat anhidrat P dengan 20 ml dimetilanilina P, tambahkan 8 mlasetilklorida P dan 5 ml anhidrat asetat P, biarkan selama 5 menit angkat, biarkan selama 30 menit pada suhu kamar dan akhirnya selama 3 jam pada suhu 39º sampai 41º. Cuci campuran dengan pengocokan selama 30 detik berturut-turut dengan larutan berikut: 2 kali tiap kali dengan 75 ml larutan natrium sulfat P 20% b/v hingga cairan cucian tidak menjadi keruh setelah dialkaliskan terhadap kertas lakmus P menggunakan larutan natrium bikarbonat P  5% b/v dalam larutan natrium sulfat P 20% b/v akhirnya cuci 2 kali, tiap kali dengan 25 ml larutan natrium sulfat P20% b/v. Keringkan minyak terasetilasi dengan 3 gram magnesium sulfat anhidrat P,saring. Tetapkan bilangan stor ester menurut cara yang tertera pada penetapan bilangan ester.
Penandaan. Harus juga tertera : 1. “Obat luar”. 2. “Kocok dahulu”.
PENETAPAN KADAR ALDEHIDA MINYAK ATSIRI

Kecuali dinyatakan lain, timbang seksama 1 g, masukkan ke dalam tabung kimia bersumbat kaca, diameter ± 25 mm dan panjang ±150 mm. Tambahkan toluen Pdan 15 ml larutan hidroksilamina etanol (60%) P, kocok kuat-kuat, sambil dikocok titrasi segera dengan kalium hidroksida 0,5N dalam etanol (60%)P hingga warna merah berubah menjadi kuning. Lanjutkan pengocokan dan titrasi hingga lapisan bawah tetap tetap berwarna kuning nyata setelah dikocok kuat-kuat selama 2 menit dan biarkan memisah, titrasi selesai dalam waktu ± 15 menit.
Cara ini memberikan hasil yang mendekati kadar aldehida yang sebenarnya. Untuk memperoleh hasil yang seksama, ulangi penetapan kadar dengan cara yang sama; titik akhir titrasi ditetapkan jika telah diperoleh warna yang sama dengan warna larutan yang diperoleh dari hasil titrasi pertama yang telah ditambah 0,5 ml kalium hidroksida 0,5N dalam etanol (60%) P.
Hitung kadar aldehida dari hasil titrasi kedua.

PENETAPAN KADAR KALVON MINYAK ATSIRI

Keculai dinyatakan lain, timbang seksama 1,5 g, masukkan ke dalam tabung kimia bersumbat kaca, diameter ± 25 mm dan panjang ± 150 mm. Tambahkan 10 ml larutan hidroksilamina etanol (90%) P. Titrasi dengan kalium hidroksida etanol 1 Nhingga warna merah berubah menjadi warna kuning. Panaskan tabung di atas tangas air pada suhu antara 75º dan 80º selama 40 menit, setiap 5 menit netralkan asam bebas yang terjadi dengan kalium hidroksida etanol 1 N, lanjutkan titrasi hingga larutan berwarna kuning jelas. Cara ini memberikan hasil yang mendekati kadar karvon yang sebenarnya. Untuk memperoleh hasil yang seksama, ulangi penetapan kadar dengan cara yang sama; titik akhir titrasi ditetapkan jika telah diperoleh warna yang sama dengan warna larutan yang diperoleh dari hasil titrasi pertama yang telah ditambahkan 0,5 ml kalium hidroksida etanol 1 N. Hitung kadar karvon dari hasil titrasi kedua.

1 ml kalium hidroksida etanol 1 N setara dengan 151,4 mg karvon

Penetapan Kadar Minyak Atsiri
Farmakope IV
Letakan labu alas bulat satu liter, berleher pendek, dalam dalam mantel pemanas yang dilengkapi dengan pengaduk magnetik. Masukan batang tabung magnetik ke dalam labu, hubungkan labu dengan pendingin dan alat penampung berskala seperti pada gambar.
Timbang secukupnya sejumlah bahan yang telah dihancurkan, hingga diperkirakan dapat menghasilkan 1 ml sampai 3 ml minyak atsiri. Biji yang kecil, buah atau potongan daun dari herba pada umumnya tidak perlu dihancurkan. Serbuk yang sangat halus harus dihindari. Jika hal ini tidak memungkinkan, bahan dapat dicampur dengan serbuk gergaji atau pasir yang telah dimurnikan. Masukan sejumlah bahan yang telah ditimbang seksama ke dalam labu. Hubungkan dengan bagian pendingin dan penampung berskala. Didihkan isi labu dengan pemansan yang sesuai untuk menjaga agar pendidihan berlangsung tidak terlalu kuat selama 2 jam, atau sampai minyak atsiri terdestilasi sempurna dan tidak bertambah lagi dalam bagian penampung berskala.
Jika sejumlah volume minyak atsiri telah tertampung dalam bagian penampung berskala, pencatatan dapat dilakukan dengan pembacaan sampai 0,1 ml, dan volume minyak atsiri untuk setiap 100 gram bahan dapat dihitung dari bobot bahan yang ditimbang. Sekala pada penampung untuk minyak atsiri dengan bobot jenis lebih besar dari air diletakan sedemikian hingga minyak atsiri akan tertampung di bawah kondesat air, sehingga otomatis air kembali ke dalam labu.
Penetapan Kadar Minyak Atsiri
Farmakope III
Bahan yang diuji jika perlu, digiling menjadi serbuk kasar atau dimemarkan. Untuk pembuatan serbuk, bahan setelah dikeringkan di atas kapur tohor sebaiknya digiling menggunakan penggiling sederhana yang digerakan dengan tangan, supaya penggiling tidak menjadi panas. Pememaran dikerjakan dalam sebuah mortir, kemudian mortir dibilas dengan cairan penyuling
Cara penetapan Cara 1. Campur bahan yang diperiksa dalam labu dengan cairan penyuling, pasang alat, isi buret dengan air hingga penuh. Panaskan dengan tangas udara, sehingga penyulingan berlangsung dengan lambat tetapi teratur, setelah penyulingan selesai biarkan selama tidak kurang dari 15 menit, catat volume minyak atsiri pada buret. Hitung kadar minyak atsiri dalam % v/b.
Cara II Dilakukan menurut cara yang tertera pada cara I. Sebelum buret diisi penuh dengan air,lebih dahulu diisi dengan 0,2 ml Xilen P yang diukur seksama. Volume minyak atsiri dihitung denga mengurangkan volume yang dibaca dengan volume xilen.
Simplisia
Cairan penyuling
Cara
Waktu
penyulingan
(jam)
Jumlah
(g)
Keadaan
Jenis
Jumlah
(ml)
Adas Sowa
20
Utuh
GA
300
I
3
Adas manis
10
Utuh
GA
50
II
4
Bunga kamil
25
Utuh
A
250
I
5
Dringo
10
Digiling
A
100
I
5
Kapulaga
5
Hanya biji, digiling
GA
25
I
5
Ketumbar
50
digiling
GA
250
I
4
Kulit buah jeruk
20
Diiris-iris
15mm x 15mm
Asam
300
I
3
Lada hitam
10
dimemarkan
GA
250
I
5
Lada putih
20
dimemarkan
GA
250
I
5
Pala
5
digiling
A
50
I
4
A adalah air. GA adalah campuran air gliserol P volume sama. Asam adalah campuran yang terdiri dari 1 bagian volume asam klorida P dan 10 bagian volume air

PENETAPAN KADAR KALVON MINYAK ATSIRI
Keculai dinyatakan lain, timbang seksama 1,5 g, masukkan ke dalam tabung kimia bersumbat kaca, diameter ± 25 mm dan panjang ± 150 mm. Tambahkan 10 ml larutan hidroksilamina etanol (90%) P. Titrasi dengan kalium hidroksida etanol 1 Nhingga warna merah berubah menjadi warna kuning. Panaskan tabung di atas tangas air pada suhu antara 75º dan 80º selama 40 menit, setiap 5 menit netralkan asam bebas yang terjadi dengan kalium hidroksida etanol 1 N, lanjutkan titrasi hingga larutan berwarna kuning jelas. Cara ini memberikan hasil yang mendekati kadar karvon yang sebenarnya. Untuk memperoleh hasil yang seksama, ulangi penetapan kadar dengan cara yang sama; titik akhir titrasi ditetapkan jika telah diperoleh warna yang sama dengan warna larutan yang diperoleh dari hasil titrasi pertama yang telah ditambahkan 0,5 ml kalium hidroksida etanol 1 N. Hitung kadar karvon dari hasil titrasi kedua.
1 ml kalium hidroksida etanol 1 N setara dengan 151,4 mg karvon
PENETAPAM KADAR ESTER MINYAK ATSIRI TERASETILASI
Campur dan dinginkan dalam es 10 ml minyak atsiri yang telah dikeringkan dengan magnesium sulfat anhidrat P dengan 20 ml dimetilanilina P, tambahkan 8 mlasetilklorida P dan 5 ml anhidrat asetat P, biarkan selama 5 menit angkat, biarkan selama 30 menit pada suhu kamar dan akhirnya selama 3 jam pada suhu 39º sampai 41º. Cuci campuran dengan pengocokan selama 30 menit berturut-turut dengan larutan berikut: 2 kali tiap kali dengan 75 ml larutan natrium sulfat P 20% b/v hingga cairan cucian tidak menjadi keruh setelah dialkaliskan terhadap kertas lakmus P menggunakan larutan natrium bikarbonat P  5% b/v dalam larutan natrium sulfat P 20% b/v akhirnya cuci 2 kali, tiap kali dengan 25 ml larutan natrium sulfat P20% b/v. Keringkan minyak terasetilasi dengan 3 gram magnesium sulfat anhidrat P,saring. Tetapkan bilangan stor ester menurut cara yang tertera pada penetapan bilangan ester.
Penandaan. Harus juga tertera : 1. “Obat luar”. 2. “Kocok dahulu”.
PENETAPAN KADAR ALDEHIDA MINYAK ATSIRI
Kecuali dinyatakan lain, timbang seksama 1 g, masukkan ke dalam tabung kimia bersumbat kaca, diameter ± 25 mm dan panjang ±150 mm. Tambahkan toluen Pdan 15 ml larutan hidroksilamina etanol (60%) P, kocok kuat-kuat, sambil dikocok titrasi segera dengan kalium hidroksida 0,5N dalam etanol (60%)P hingga warna merah berubah menjadi kuning. Lanjutkan pengocokan dan titrasi hingga lapisan bawah tetap tetap berwarna kuning nyata setelah dikocok kuat-kuat selama 2 menit dan biarkan memisah, titrasi selesai dalam waktu ± 15 menit.
Cara ini memberikan hasil yang mendekati kadar aldehida yang sebenarnya. Untuk memperoleh hasil yang seksama, ulangi penetapan kadar dengan cara yang sama; titik akhir titrasi ditetapkan jika telah diperoleh warna yang sama dengan warna larutan yang diperoleh dari hasil titrasi pertama yang telah ditambah 0,5 ml kalium hidroksida 0,5N dalam etanol (60%) P.
Hitung kadar aldehida dari hasil titrasi kedua.



Tabullae @ Tablet @ Compressi


Farmakope IV

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa.
Sebagian tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul mengunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat berbagai ukuran, bentuk dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan. Tablet berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet. Bolus adalah tablet besar digunakan untuk obat hewan, umumnya untuk hewan besar.
Tablet cetak dibuat dengan menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah kedalam lubang cetakan . kepadatan tablet tergantung pada ikatan kristal yang terbentuk selama proses pengeringan  selenjutnya tidak tergantung pada kekuatan tekanan yang diberikan.
Tablet tritural merupakan tablet cetak atau kempa berbentuk kecil, umumnya silindris, digunakan untuk memberikan jumlah terukur yang tepat untuk peracikan obat. Jenis tablet ini sekarang sudah jarang digunakan. Tablet hipodermik adalah tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah melarut atau melarut sempurna dalam air, dulu umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi hipodermik. Diberikan secara oral atau jika diperlukan ketersediaan obat yang cepat seperti halnya pada tablet nitrogliserin, diberikan secara sublingual.
Tablet bukal digunakan dengan cara meletakan tablet di antara pipi dan gusi dan tablet sublingual digunakan dengan cara meletakan di bawah lidah, sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut. Beberapa obat mudah diserap dengan cara ini ( seperti nitrogliserin dan hormon sieorid tertentu) dan mempunyai banyak keuntungan.
Tablet efervesen yang larut, dibuat dengan cara dikempa, selain zat aktif juga mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan natrium bikarbonat, yang jika dilarutkn dalam air  akan menghasilkan karbon dioksida. Tablet dilarutakn atau didispersikan dalam air sebelum pemberian. Tablet efervensen harus disimpan dalam wadah tertutup rapat atau kemasan tahan lembab, pada etiket tertera tidak untung langsung ditelan.

Compressi
Tablet
Farmakope III

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaan rata tau cembung, mengandung satu satu jenis bahan obat atau lebih atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan  yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok.
Tablet bersalut adalah tablet yang disalut dengan zat penyalut yang cocok untuk maksud dan tujuan tertentu.
Tablet bersalut gula, disingkat tablet salut gula adalah tablet yang disalut dengan larutan gula atau zat lain yang cocok dengan atau tanpa zat warna.
Tablet bersalut kempa adalah tablet yang di salut kempa cetak dengan massa granulat yang terdiri dari laktosat, kalsium fostat atau zat lain yang cocok.
Tablet bersalut selaput adalah tablet yang disalut dengan lapisan yang dimuat dengan cara pengendapan zat pelarut dari pelarut yang cocok. Lapisan selaput umumnya tidak lebih dari 10% berat tablet.
Tablet bersalut enterik adalah tablet yang disalut dengan zat penyalut yang relatif tidak larut dalam asam lambung, tetapi  larut dan hancur dalam lingkungan basa usus halus.
Syarat tablet, kecuali dinyatakan lain, tablet harus memenuhi syarat berikut :

Keseragaman ukuran. Kecuali dinyatakan alin, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1  tebal tablet.
Keseragaman bobot, tablet tidak bersalut harus memenuhi keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut : Timbang 20 tablet, hitung bobot rata tablet. Jika ditimbang satu demi satu, tidak lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya mentimpang dari bobot rata-ratanya lebiah besar dari harga kolom A, dan tidak satu tabletpun bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B.

Bobot rata-rata
Penyimpanan bobot rata-rata
dalam %
≤ 25 mg
15%
30%
26 mg – 150 mg
10%
20%
151 mg – 500 mg
7,5%
15%
> 500 mg
5%
10%
Waktu hancur tablet tidak bersalut enterik; Alat tabung gelas panjang 80 mm samapi 100 mm, diameter dalam ± 28 mm, diameter luar 30 mm hingga 31 mm, ujung bawah dilengkapi kasa kawat tahan karat, lubang sesuai dengan pengayak nomor 4, berbentuk keranjang.
Keranjang disisipkan searah di tengah-tangah tabung kaca diameter 45 mm, dicelupkan ke dalam air bersuhu antara 36º C dan 38º C sebanyak ± 1000 ml, sedalam tidak kurang dari 15 cm sehingga dapat dinaik turunkan dengan teratur. Kedudukan kawaw kasa pada posisi tertinggi tepat di atas permukaan air dan kedudukan terendah mulut keranjang tepat dibawah permukaan air.
Cara: masukan 5 tablet kedalam keranjang, turun-naikkan keranjang secara teratur 30 kali tiap menit. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas kasa, kecuali fragmen yang berasal dari zat penyalut. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk  tablet bersalut gula dan bersalut selaput.
Jika tablet tidak memenuhi syarat ini, ulangi pengujian menggunakan tablet satu persatu, kemudian ulangi lagi menggunakan 5 tablet dengan cakram penuntun. Dengan cara pengujian ini tablet harus memenuhi syarat di atas.

Cakram penuntun terdiri dari cakram yang terbuat dari bahan yang cocok, diameter ± 26 mm, tebal 2 mm, permukaan bawah rata, permukaan atas berlubang 3 dengan jarak masing-masing lubang 10 mm dari titik pusat. Tiap lubang tersapat kawat tahan karat diameter 0,445 mm yang dipasang tegak lurus permukaan cakram dan dihubungkan dengan cicin penuntun yang terbuat dari kawat jenis yang sama, diameter 27 mm. Jarak cicin penuntun dengan permukaan atas cakram 15 mm. Beda antara cakram penuntun dengan diameter keranjang dalam, sebaiknya antara 1 mm dan 2 mm. Bobot cakram penuntun tidak kurang dari 1,9 gram dan tidak lebih dari 2,1 gram.
Waktu hancur tablet bersalut enterik; Lakukan pengujian waktu hancur menggunakan alat dan menurut cara tersebut di atas air, diganti dengan ± 250 mlasam kloroda 0,06 N. Pengerjaan dilakukan selama 3 jam, tablet tidak larut kecuali zat penyalut. Alat keranjang cuci segera tablet dengan air. Ganti larutan asam dengan dapar pH 6,8, atur suhu antara 36º dan 38º. Celupkan keranjang ke dalam larutan tersebut. Lanjutkan pengujian selama 60 menit. Pada akhir pengujian tidak terdapat bagian tablet di atas kasa kecuali fragmen zat penyalut.
Jika tablet tidak memenuhi syarat ini, ulangi pengujian menggunakan tablet satu persatu, kemudian ulangi lagi menggunakan 5 tablet dengan cakram penuntun. Dengan cara pengujian ini tablet harus memenuhi syarat di atas.
Penyimpanan; Dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk, terlindung dari cahaya.

Pasta ~ Oculenta ~ Extracta


Pasta
Pasta adalah sediaan berupa massa lembek yang dimaksudkan untuk pemakaian luar, biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin atau parafin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserolmusilago ataui sabun. Digunakan sebagai antiseptik, atau pelindung kulit.
cara pemakaian dengan mengoleskan lebih dahulu pada kain kasa.
Penyimpanan. Dalam wadah tertutup baik, wadah tertutup rapat atau dalam tube.

Salep mata
Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata menggunakan dasar salep yang cocok.
Pembuatan. Bahan obat ditambahkan sebagai larutan steril atau sebagai serbuk steril termikronisasi pada dasar salep steril, hasil akhir dimasukkan secara aseptik dalam tube steril.
Bahan obat dan dasar salep disterilkan dengan cara yang cocok.
Tube disterilkan dalam otoklaf pada suhu antara 115º dan 116º , selama tidak kurang dari 30 menit.
Homogenitas. Tidak boleh mengandung bagian kasar yang dapat teraba.
Sterilitas. Memenuhi syarat uji sterilitas yang tertera pada uji keamanan hayati.
Penyimpanan. Dalam tube steril, di tempat yang sejuk.
Penandaan. Pada etiket harus juga tertera “salep mata”.



Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung. Ektrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk.
Cairan penyari. Sebagai cairan penyari digunakan air, eter atau campuran etanol dan air.
Pembuatan
Penyarian. Penyarian simplisia dengan air dilakukan dengan cara maserasi, perkolasi atau penyeduhan dengan air air mendidih. Penyarian dengan campuran etanol dan air dilakukan dengan cara meserasi atau perkolasi. Penyarian dengan eter dilakukan dengan cara perkolasi
Maserasi. Lakukan cara maserasi dengan cara yang tertera pada Tinctura; suling atau uapkan maserat pada tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari  hingga konsisten yang dikehendaki.
Perkolasi. Lakukan perkolasi yang tertera pada
Tinctura. Setelah perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam, biarkan cairan menetes, tuangi massa dengan cairan penyari hingga jika 500mg perkolat yang keluar terakhir diuapkan, tidak meninggalkan sisa. Perkolat disuling atau diuapkan dengan tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari  hingga konsistensi yang dikehendaki. Pada pembuatan ekstrak cair, 0,8 bagian perkolat pertama dipisahkan, perkolat selanjutkan diuapkan hingga 0,2 bagian, campur dengan perkolat pertama. Pembuatan ekstrak cair dengan penyaring etanol, dapat juga dilakukan dengan cara reperkolasi tanpa penggunaan panas.
Ekstrak yang diperoleh dengan penyari air. Hangatkanlah segera pada suhu ± , enapkan, serkai. Uapkan serkaian pada tekanan rendah pada suhu tidaki lebih dari  hingga bobot sama dengan bobot simplisia yang digunaka. Enapkan di tempat sejuk selama 24 jam, serkai, uapkan pada tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari  hingga konsisten yang dikehendaki.
Ekstrak cair dengan penyaring etanol. Hasil akhir harus dibiarkan di tempat sejuk selama satu bulan, kemudian disaring sambil mencegah penguapan.
Logam berat. Abu 5,0 gram ekstrak cair, 1,2 gram ekstrak ekntal atau 1,0 gram ekstrak kering tidak boleh menunjukan reaksi logam.
Sisa pengeringan. Pengeringan dilakukan dengan meratakan ekstrak dalam lapisan tipis.
Penyimpanan. Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.

Sumber :
Farmakope Indonesia


Aerosolum (Aerosol Et Erosol)


Erosol
Erosol adalah sedian yang mengandung satu atau lebih zat berkaisat dalam wadah yang beri takanan, berisi propelan atau campuran propelan yang cukup untuk memancarkan hingga isinya habis, dapat digunakan untuk obat luar atau atau obat dalam dengan propelan yang cocok. Jika digunakan sebagai obat dalam atau inhalasi, erosol dilengkapi dengan pengaturan dosis. Erosol boleh mengandung bahan pensuspensi, emulgator dan pelarut pembantu.
Partikel yang terdispersi berukuran antara beberapa perseratus /µm sampai beberapa ratus /µm. Untuk pemakaian secara inhalasi, ukuran partikel tidak boleh lebih besar dari 10µm.
Bagian-bagian yang penting dari erosol adalah wadah, propelan, konsentrat yang mengandung zat berkaisat, katup dan actuator. Dengan membuat variasi terhadap bagian-bagian tersebut dapat dihasilkan semprotan yang mempuanyai sifat-sifat tertentu misalnya ukuran partikel, kesebaran fase dispresi, derajad kebsahan dan derajad kekeringan, keseragaman hasil semprotan, besar tekanan, bentuk dispersi, suhu, luas daerah penyemprotan, dosis yang di semprotkan dan derajad semprotan.
Erosol terdiri dari sistim dua fase atau sistim tiga fase. Dalam hal tertentu suatu zat berkasiat atau suatu formulasi dapat dilarutkan ke dalam propelan hingga menghasilkan erosol dengan sistim dua fase (gas-cairan). Karena pada umumnya propelan mempunyai daya melarutkan yang kecil maka untuk mendapatkan sistim dua fase, sering dibutuhkan suatu pelarut pembantu. Jika zat berkaisat atau zat berformulasi tidak mungkin dilarutkan pada propelan, maka harus diemulaskikan atau disuspensikan hingga diperoleh tiga fase (gas-cair-padat atau gas-cair-cairan).
Wadah, dapat dibuat dari kaca, plastik, kaca, logam atau kombinasi dari bahan tersebut. Logam yang digunakan adalah umumnya tahan karat, almunium, baja berlapis timah. Plastik dapat digunakan untuk melapisi wadah yang terbuat dari kaca agar aman atau untuk atau untuk melapisi wadah yang terbuat dari logam guna mencegah perkaratan. Wadah dari kaca harus terbuat dari kaca yang tahan tekanan.
Katup, fungsi utama dari katup adalah mengatur pengaliran zat berkasiat dan propelan. Katup tebuat dari karet plastik, almunium atau baja tahan karatdan harus inert. Jika perlu katup dapat dilengkapi dengan pengatur dosis yang dapat memberikan dosis tertentu secara teliti. Sifat dispersi dari erosol di pengaruhi oleh ukuran, jumlah dan letak lubang-lubang katup. Bentuk katup dibuat untuk mendapatkan jarak penyemprotan atau luas daerah penyemprotan yang baik. Katup memungkinkan propelan keluar bersama-sama zat berkasiat atau formulasi agar tercapai sifat semprotan yang tepat dan membantu mencapai keseimbangan tekanan yang dikehendaki pada waktu erosol digunakan.
Propelan, dimaksudkan untuk menghasilkan tekanan dalam sistim erosol sehingga dapat mendorong bahan dari wadah dan kombinasi dengan komponen lain dapat merubah bahan menjadi suatu bentuk fisika alin yang dikehendaki. Propelan merupakan gas yang dicairkan atau dimampatkan hingga tekanan uapnya lebiah besar dari tekanan luar. Sebagai propelan dapat digunakan hidrokarbon terutama derivat kloro dan fluoro dari metana dan etana, hidrokarbon berbobot molekul lemah misalnya butana, pentana dan gas yang dimampatkan misalnya karbondioksida, nitrogen dan dinitrogen-monoksida. Campuran propelan sering digunakan untuk memperoleh tekanan, penyemprotan dan sifat-sifat hasil semprotan yang dikehendaki. Suatu sistim propelan yang baik harus mempunyai sifat tekanan uap yang cocok, sesuai komponen lain dari erosol tersebut. Propelan seharusnya mempunyai melarutkan yang baik, tetapi persyaratan ini bukan merupakan suatu persyaratan.
Aktuator, adalah bagian yang berhubungan dengan tangkai katup yang jika ditekan atau digerakkan, katup akan terbuka dan zat berkasiat atau formulasi akan menyemprot ke daerah yang dikehendaki. Pada umumnya actuator menentukan arah semprotan dan melindungan tangan atau jari dari propelan yang mendinginkan. Pada lubang actuator terdapat lubang penyemprotan yang ukurannya dapat bermacam-macam. Sifat semprotan dipengaruhi eleh ukuran lubang, bentuk ruang pengembang, sifat propelan zat berkasiat atau formulasi.  
Pelarut pembantu, digunakan untuk memperbaiki kelarutan suatu zat berkasiat atau formulasi dalam propelan. Untuk mendapatkan sistim satu fase cairan, pelarut pembantu harus larut dalam propelan. Pada umumnya digunakan etanol karena mudah bercampur dengan sebagian besar propelan dan mempunyai daya pelarut yang baik. Dapat juga digunakan propilenglikol, polipropilenglikol, dietilenglikol, monoetileter atau derivat- derivatnya.  
Derajad semprotan, adalah jumlah bobot erosol yang disemprotkan dalam suatu waktu tertentu, dinyatanyakan dalm g tiap detik. Penetapan dilakukan sebagai berikut: plih tidak kurang dari 4 wadah, lepaskan tutup, tekan aktuator msing-masing wadah selama 2 sampai 3 detik. Timbang seksama masing-masing wadah, celupkan ke dalam penangas pada suhu tetap 25 ±1º hingga tekanan tetap, diperiksa menurut cara tertera pada pengujian tekanan.  Keluarkan wadah dari penangas, hilangkan air dengan kertas saring, tekan aktuator masing-masing wadah selama tepat 5,0 detik menggunakan sebuah pencatat waktu kemudian timbang masing-masing wadah. Masukan kembali wadah ke dalam penangas bersuhu tetap, ulangi percobaan 3 kali untuk masing-masing wadah, hitung derajad semprotan rata-rata masing-masing wadah dalam gram tiap detik.
Penguji kebocoran, Pilih 12 wadah catat tangal dan waktu dengan pembulatan sampai 1/2 jam. Timbang wadah satu persatu dengan pembulatan masing-masing mg, catat bobot sebagai W1. Biarkan wadah dengan posisi tegak pada sehu kamar selama 3 hari. Timbang kembali masing-masing wadah, catat bobot sebagai W2 dan catat tanggal serta waktu dengan pembulatan sampai dengan 1/jam. Hitung waktu percobaan dalam jam dan catat sebagai T. Hitung derajad kebocoran masing-masing wadah dalam mg tiap tahun dengan rumus
Sediaan memenuhi syarat jeika derajad kebocoran rata-rata tiap tahun dari 12 wadah tidak lebih dari 3,5% dari bobot yang tertera pada eiket dan jika tidak satupun bocor lebih dari 5,0% dari bobot yang tertera pada etiket. Jika satu wadah bocor lebih dari 5,0% tiap tahun, tetapkan kebocoran menggunakan 24 wadah lainnya. Sediaan memenuhi syarat jika 36 wadah yang diperiksa, tidak lebih dari 2 wadah bocor lebih dari 5,0% tiap tahun dan jika tidak satupun bocor lebih dari 7,0% tiap tahun dari bobot yang tertera pada etiket.
Pengujian tekanan. Pilih tidak kurang 4 wadah, lepaskan tutup, celupkan kedalam penangas pada suhu tetap 25 derajad ± 1 hingga tekanan tetap. Keluarkan wadah dari penangas, kocok baik-baik, lepaskan aktuator dan jika ada air hilangkanlah dari tangkai katup. Letakan masing-masing wadah dengan memasang suatu alat pengukur tekanan pada tangkai katup. Baca tekanan dalam wadah pada alat pengukur tekanan.
Pengambilan erosol berdosis terukur
1. Cara ICara ini digunakan untuk erosol yang dilengkapi dengan aktuator inhalasi.
Alat terdiri dari A= aktuator, B= Adaptor, C= Tabung penghisap bergaris tengah 5 cm, panjang 15 cm, satu ujungnya disempitkan hingga bergaris tengah 8 mm, D= Tabung pengalir dilengakapi dengan penyaring kaca masir berpori kasar untuk menyebarkan gelembung secara merata, E= Ruang penampung berupa botol pengunci gas, berisi larutan penyerap, dihubaungkan dengan sistim hampa udara yang terdiri dari pompa penghisap, pengatur aliran dan pengukur aliran.
Adaptor harus cocok dengan aktuator inhalasi yang diperiksa dan di tengah adaptor terdapat lubang-lubang pemasuk yang meruncing dan yang secara kedap udara dapat menekan katup erosol sedemikian rupa sehingga dapat dikeluarkan sejumlah ke dalam tabung penghisap.
Untuk menghindari hilangnya bahan erosol ke atmosfir pada waktu isi erosol dikeluarkan, maka udara dari ruang penampung dan larutan peresap secara terus menerus dihisap dengan kecepatan 12 sampai 13 liter tiap menit.
Alat lain dengan bagian-bagian yang mempunyai prinsip yang sama dengan alat tersebut dapat digunakan.
2. Cara IIAlat terdiri dari tabung tekanan dan sebuah adaptor. Adaptor harus cocok dengan mulut dari tabung tekanan agar kedap cairan.
Di tengah terdapat lubang pemasukan yang meruncing dan kedap udaradapat ditembus tangkai katup erosol sedemikian rupa sehingga dapat di keluarkan sejumlah bahan tertentu ke dalam tabung tekanan. Alat lain dengan bagian-bagian yang mempunyai prinsip yang sama dengan alat tersebut dapat digunakan.
Cara pembuatan. Pada umumnya erosol dibuat dengan salah satu cara berikut: 1. cara dingin: ke dalam wadah yang telah didinginkan, masukan propelat dingi dan konsentrat yang umumnya telah didinginkan dibawah suhu Oº C, masing-masingdengan ukuran tertentu. Pasang katup dan aktuator pada wadah sehingga tertutup kedap. 2. cara tekanan: Hilangkan udara dalam wadah dengan cara penghampaan atau dengan cara menambah sedikit peropelan, isikan kosenterat ke dalam wadah, tutup kedap wadah, masukan peropelan dengan penekanan melalui lubang katup ke dalam wadah.
Penandaan pada etiket. Harus tertera: “Peringatan : Isi di bawah tekanan ; wadah jangan dilubangi atau bakar; hindari panas dan jangan disimpan di atas suhu 50º C; Hindarkan dari jangkauan anak-anak.

Sumber :
Farmakope Indonesia

Ovula, Implan, Imunosera & Gel


Ovula
Ovula adalah sediaan padat yang di gunakan melalui vagina, umumnya berbentuk telur, dapat melarut dan melunak pada suhu tubuh.
Bahan dasar. Bahan dasar harus dapat larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh. Sebagai bahan dasar di gunakan lemak coklat atau campuran polietilengliklol dalam berbagai perbandingan.
Bobot 3 gram sampai 5 gram, umumnya 5 gram.
Penyimpanan dalam wadah tertutup baik, di tempat sejuk

Implan
Implan atau pelet adalah sediaan dengan massa padat steril berukuran kecil, berisi obat dengan kemurnian tinggi (dengan atau tanpa eksipien), dibuat dengan cara pengempaan atau pencetakan. Implan atau pelet dimaksudkan untuk ditanam di dalam tubuh (biasanya secara subkutan) dengan tujuan untuk memperoleh pelepasan obat secara berkesinambungan dalam jangka waktu lama. Implan ditanam dengan bantuan injektor khusus yang sesuai dengan sayatan bedah. Bentuk sediaan ini digunakan untuk pemberian hormon seperti testosteron atau estradiol. Sediaan ini dikemas masing-masing dalam vial atau lembaran kertas timah steril.


Imunoserum
Imunoserum adalah sediaan mengandung imunoglobulin khas yang diperoleh dari serum hewan dengan pemurnian. Imunoserum mempunyai kekuatan khas mengikat venin atau toksin yang dibentuk oleh bakteri, atau mengikat antigen bakteri, antigenvirus atau antigen lain yang digunakan untuk pembuatan sediaan.
Imunoserum diperoleh dari hewan sehat yang diimunisasi dengan penyuntikan toksin atau taksoid, venin suspensi mikroorganisme atau antigen lain yang sesuai. Selama imunisasi hewan tidak boleh diberi penisilin. Imunoglobulin khas diperoleh dari serum yang mengandung kekebalan dengan pengendapan fraksi dan perlakuan dengan enzim atau dengan cara kimia atau fisika lain.
Dapat ditambahkan pengawet antimikroba yang sesuai dan ditambahkan serba sama bila sediaan dikemas dalam dosis ganda. Sediaan akhir steril dapat dibagi secara aseptik dalam wadah steril dan tertutup kedap untuk menghindari kontaminasi. Alternatif lain, setelah sediaan dibagikan dalam wadah steril dapat dibekukeringkan  untuk mengurangi kadar air hingga tidak lebih dari 1,0% b/b. Kemudian wadah ditutup kedap dalam hampa udara atau diisi  gas nitrogen bebas oksigen atau gas inert lain yang sesuai sebelum ditutup kedap; pada setiap kasus wadah ditutup kedap sedemikian rupa untuk meniadakan kontaminasi. Imunoserum direkonsitusi segera sebelum digunakan.
Imunoserum yang diperoleh dengan perlakuan enzim dan pengendapan fraksi paling stabil pada pH 6. Metode pembuatan imunoserum sedemikian rupa sehingga kehilangan aktifitas tidak lebih dari 5% per tahun bila disimpan pada pH 6 pada suhu 20º C dan tidak lebih dari 20% pertahun bila disimpan pada suhu 37º C.
Imunoserum berupa cairan hampir tidak berwarna atau berwarna kuning pucat, tidak keruh, dan hampir tidak berbau kecuali bau pengawet antimikroba yang ditambahkan. Sediaan kering berupa padatan atau serbuk warna putih kuning pucat, mudah larut dalam air membentuk larutan tidak berwarna atau warna kuning pucat, dan tidak mempunyai sifat sesuai dengan sediaan cair.
Imunoserum, bila perlu direkonstitusi seperti tertera pada label harus memenuhi syarat sebagai berikut:
pH antara 6,0 sampai 7,0.
Protein total tidak lebih dari 17%; lakukan penetapan seperti yang tertera padapenetapan kadar nitrogen dalam produk darah metode I. Hasil yang diperoleh kalikan 6,25.
Albumin, kecuali dinyatakan lain dalam monografi, jika ditetapkan secara elektroforesis, imunoserum menunjukan tidak lebih dari sesepora protein yang mempunyai mobilitas albumin.
Protein asing, jika ditetapkan dengan uji pengendapan menggunakan imunoserum khas, hanya mengandung protein galur hewan yang digunakan.
Fenol, imunoserum yang mengandung fenol sebagai pengawet tidak lebih dari 0,25%, lakukan penetapan seperti yang tertera pada uji bahan tambahan dalam vaksin dan imunoserum.
Toksisitas abnormal, memenuhi syarat. Lakukan uji seperti yang tertera pada uji reaktivitas secara biologi in vivo.
Sterilisasi, memenuhi syarat seperti yang tertera pada uji sterilitas.
Protein, lakukan penetapan potensi dengan membandingakan terhadap baku menggunakan metode seperti yang tertera pada masing-masing monografi.
Hasil dinyatakan dalam unit per ml.
Wadah dan penyimpanan, dalam wadah terlindung dari cahaya. Kecuali dinyatakan lain, sediaan cair harus disimpan pada suhu 2º C sampai 8º C, hindari pembekuan.
Pada umumnya imunoserum cair setelah disimpan 3 tahun dan potensi imunoserum kering-beku setelah disimpan 5 tahun tidak lagi dapat dianggap sama dengan potensi yang tertera pada etiket.
Penandaan, pada penandaan tertera:
1) jumlah minimun unit per ml.
2) dosis.
3) tanggal kadaluarsa.
4) kondisi penyimpanan.
5) volume rekonstitusi untuk serbuk-kering.
6) bahan tambahan.
7) nama spesies sumber imunoserum.


Gel
Gel, kadang-kadang disebut Jeli, merupakan sistim semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, gel digolongkan sebagai sistim dua fase, (misalnya Gel Aluminium Hideroksida). Dalam sistim dua fase, jika ukuran dari partikel dua fase terdispersi relatif besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma (misalnyaMagma Bentonit). Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semi padat jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan. Sediaan harus dikocok dahulu sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas dan hal ini tertera pada etiket (lihat suspensi).
Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik  yang tersebar serba sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik (misalnya karbomer) atau gom alam (misalnya Tragakan). Sediaan tragakan disebut juga musilago. Walaupun umumnya gel-gel ini mengandung air, etanol dan minyak dapat digunakan sebagai fase pembawa. Sebagai contoh minyak mineral dapat dikombinasikan dengan resin polietilena untuk membentuk dasar salep berminyak.
Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara tipikal atau dimasukan ke dalam lubang tubuh.

Sumber :

Farmakope Indonesia Edisi 3

Farmakope Indonesia Edisi 4




Farmasetika : Infusa (Infus)


Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstrasi simplisia nabati dengan air pada suhu 90º C selama 15 menit.
Pembuatan. Campur simplisia dengan derajad halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 900 C sambil sekali kali diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang dikehendaki. Infus daun sena dan infus simplisia yang mengandung minyak astiri, diserkai setelah dingin. Infus daun sena, infus asam jawa dan infus simplisia lain yang mengandung lendir tidak boleh diperas. Asam jawa sebelum dibuat infus dibuang bijinya dan diremas dengan air hingga diperoleh masa seperti bubur, buah adas manis dan buah adas harus dipecah dahulu. Pada pembuatan infus kulit kina di tambah larutan asam salisilat P 10%dari bobot bahan berkhasiat; pada pembuatan infus simplisia yang mengandung glikosida antrakinon,ditambah larutan natrium karbonat P 10% dari bobot simplisia. Kecuali dinyatakan lain, dan kecuali untuk simplisia yang tertera di bawah, infus yang bukan mengandung bahan berkhasiat keras, dibuat dengan menggunakan 10% simplisia. Untuk pembuatan 100 bagian iinfus berikut, digunakan sejumlah yang tertera.
Daun kina………………………………………………………………………………………6 bagian
Daun Digitalis………………………………………………………………………………..0,5 bagian
Akar Ipeka……………………………………………………………………………………..0,5 bagian
Daun Kumiskucing…………………………………………………………………………..0,5 bagian
Sale Kortunum………………………………………………………………………………..3 bagian
Daun Sena…………………………………………………………………………………….4 bagian
Temulawak…………………………………………………………………………………….4 bagian
Derajad halus simplsia yang digunakan untuk infus harus harus mempunyai derajad halus sebagai berikut.
Serbuk : (5/8) Akar manis, daun kumia kucing, daun sirih, daun sena
Serbuk : (8/10) Dringo, kelembak
Serbuk : (10/22) Laos, akar velerian, temulawak, jahe
Serbuk : (22/60) Kulit kina, akar ipeka, sekale kormutum
Serbuk : (85/120) Daun digital

FARMASETIKA : Guttae

Guttae, obat tetes adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi, dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang disebut Farmakope Indonesia.
Jika disebut guttae, obat tetes, tanpa penjelasan lebih lanjut , dimaksudkan adalah guttae, obat tetes, untuk obat dalam.

Guttae, obat tetes untuk obat dalam digunakan dengan cara meneteskan obat ke dalam minuman atau makanan.

Guttae Oria, Tetes mulut untuk obat dalam digunakan untuk mulut dengan cara mengencerkan terlebih dahulu dengan air, untuk dikumur-kumurkan, tidak untuk ditelan.

Guttae Auriculares, tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan untuk telinga dengan cara meneteskan  obat ke dalam telinga.
Kecuali dinyatakan lain, tetes telingan dibuat menggunakan cairan pembawa bukan air.
Cairan pembawa yang digunakan harus mempunyai kekentalan yang cocok agar obat mudah menempel pada dinding telinga: umumnya digunakan gliserol dan propilenglikol. Dapat juga digunakan etanol-heksilenglikol dan minyak nabati.
Zat pensuspensi, dapat digunakan sorbitan, polisorbat atau surfaktan lain yang cocok.
Keasam-kebasaan, kecuali dinyatakan lain, pH 5,0 sampai 6,0.
Penyimpanan, kecuali dinyatakan lain, dalam wadah tertutup rapat.

Guttae nasales, tetes hidung adalah obat tetes yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat kedalam rongga hidung: dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet.
Cairan pembawa umumnya digunakan air. Cairan pembawa sedapat mungkin mempunyai pH antara 5,5 sampai 7,5 kapasitas dapar sedang, isotonus atau hampir isotonus. Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai zat pembawa.
Zat pensuspensi, dapat digunakan sorbitan, polisorbat atau surfaktan lain yang cocok, kadar tidak boleh lebih dari 0,001% b/v.
Zat dapar, dapat digunakan dapar yang cocok dengan pH 6,5 dan dibuat isotonus menggunakan natrium klorida secukupnya.
Zat pengawet, umumnya digunakan Benzallkonium klorida 0,01% b/v.
Penyimpanan, kecuali dinyatakan lain, dalam wadah tertutup rapat.

Guttae Ophthalmicae, tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi, digunakan untuk mata, dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata. Tetes mata berair umumnya dibuat menggunakan cairan pembawa berair yang mengandung zat pengawet terutamafenilraksa (II) nitrat atau fenilraksa (II) asetat 0,002% b/vBenzalkonium klorida 0,01% b/v atau  klorheksidina asetat 0,01% b/v, yang pemilihannya didasarkan atas ketercampuran zat pengawet terhadap obat yang terkandung di dalamnya selama waktu tetes mata dimungkinkan untuk digunakan. Benzalkonium klorida tidak cocok digunakan sebagai zat pengawet untuk tetes mata yang mengandung anestetikum lokal. Tetes mata berupa larutan harus jernih, bebas benda asing, serat dan benang.
Kecuali dinyatakan lain, tetes mata dibuat dengan salah satu cara berikut:
1. Obat dilarutkan ke dalam larutan pembawa berair yang mengandung salah satu zat pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan larutan dan sterilkan dengan cara sterilisasi A yang tertera pada injectiones.
2. Obat dilarutkan ke dalam larutan pembawa berair yang mengandung salah satu zat pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan larutan dijernikan dengan penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutup wadah dan sterilkan dengan cara sterilisasi C yang tertera pada injectiones, masukkan kedalam wadah secara aseptik dan tutup rapat.
3. Obat dilarutkan ke dalam larutan pembawa berair yang mengandung salah satu zat pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan larutan dijernikan dengan penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutup wadah dan sterilkan dengan cara sterilisasi C yang tertera pada injectiones.
Semua alat yang digunakan untuk pembuatan tetes mata, begitu juga wadahnya, harus bersih betul sebelum digunakan, jika perlu disterilkan.
Kejernihan: memenuhi syarat kejernihan yang tertera pada Injectiones.
Sterilitas: memenuhi uji sterilisasi seperti yang tertera pada uji keamanan hayati.
Penyimpanan: dalam wadah kaca atau plastik tertutup kedap, volume 10 ml, dilengkapi dengan penetes.
Penandaan: pada etiket harus juga tertera “Tidak boleh digunakan lebih dari satu bulan setelah tutup dibuka.

Sumber :

Penggolongan Anti Histamin


PENGGOLONGAN ANTIHISTAMIN (AH1), DOSIS, MASA KERJA, AKTIVITAS ANTIKOLINERGIKNYA
Golongan dan contoh obat
Dosis dewasa
Masa kerja
Aktivitas antikolinergik
Komentar
Antihistamin Generasi I
Etanolamin
    Karbinoksamin
    Difenhidramin
    Dimenhidrinat

4-8 mg
25-50 mg
50 mg

3-4 jam
4-6 jam
4-6 jam

+++
+++
+++

Sedasi ringan sd sedang
Sedasi kuat, anti-motion sickness
Sedasi kuat, anti-motion sickness
Etilenediamin
    Pirilamin
    Tripelenamin

25-50 mg
25-50 mg

4-6 jam
4-6 jam

+
+

Sedasi sedang
Sedasi sedang
Piperazin
    Hidroksizin
    Siklizin
    Meklizin

25-100 mg
25-50 mg
25-50 mg

6-24 jam
4-6 jam
12-24 jam

?
-
-

Sedasi kuat
Sedasi ringan, anti-motion sickness
Sedasi ringan, anti-motion sickness
Alkilamin
    Klorfeniramin
    Bromfeniramin

4-8 mg
4-8 mg

4-6 jam
4-6 jam

+
+

Sedasi ringan, komponen obat flu
Sedasi ringan
Derivat fenotiazin
    Prometazin

10-25 mg

4-6 jam

+++

Sedasi kuat, antiemetik
Lain-lain
    Siproheptadin
    Mebhidrolin napadisilat

4 mg
50-100 mg

6 jam
4 jam

+
+

Sedasi sedang, antiserotonin
Antihistamin Generasi II
    Astemizol
    Feksofenadin
10 mg
60 mg
< 24 jam
12-24 jam
-
-
Mula kerja lambat
Risiko aritmia lebih rendah
Lain-lain
    Loratadin
    Setirizin

10 mg
5-10 mg

24 jam
12-24 jam

-
-

Masa kerja lebih lama (tidak menyebabkan mengantuk)
INTENSITAS EFEK BEBERAPA ANTIHISTAMIN
Golongan
Efek
Efek samping saluran cerna
antihistamin
sedatif
antikolinergik
antiemetik
1.       Etanolamin
+ sd ++
+ sd +++
+++
++ sd +++
+
2.       Etilendiamin
+ sd ++
+ sd ++
-
-
+++
3.       Alkilamin
++ sd +++
+ sd ++
++
-
+
4.       Piperazin
++ sd +++
+ sd +++
+
+++
+
5.       Fenotiazin
+ sd +++
+++
+++
++++
-
6.       Antihistamin nonsedatif
++ sd +++
- sd +
- sd +
-
-

Keterangan:
sd = sampai dengan
-      = tidak ada
+ sd ++++ = menggambarkan tingginya intensitas efek secara relatif














KISI-KISI SOAL UAS
1.       Efek obat yang tidak ada hubungannya dengan tujuan utama pemberian obat atau efek yang tidak diharapkan disebut …
2.       Metampiron (Antalgin) merupakan obat AINS (Anti Inflamasi Non Steroid) memiliki efek samping merusak sumsum tulang tempat produksi sel darah merah sehingga menyebabkan anemia …
3.       Efek samping mungkin timbul karena faktor yang bersifat keturunan atau individual secara genetika disebut …
4.       Berikut cara mengatasi dan mencegah terjadinya efek samping …
5.       Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya efek samping antara lain …
6.       Rute pemberian obat yang dapat menimbulkan terjadinya syok anafilaksis pada pasien yang sensitif adalah secara …
7.       Tanda-tanda dan gejala yang ditimbulkan efek samping …
8.       Obat antihistamin yang tidak menimbulkan mengantuk …
9.       Obat antihistamin yang dapat digunakan sebagai anti mual/muntah untuk mencegah mabuk perjalanan …
10.   Antihistamin yang bekerja pada reseptor H2 untuk mengobati penyakit gastritis antara lain …
11.   Antidiabetik oral golongan sulfonil urea berikut dapat mengakibatkan hipoglikemia …
12.   Penggolongan obat diuretik …
13.   Obat antihipertensi yang termasuk golongan Antagonis Angiotensin tidak boleh digunakan bersamaan dengan obat diuretik golongan hemat kalium karena dapat mengakibatkan terjadinya …
14.   Peningkatan tekanan darah sehingga tekanan sistolik > 140 mmHg dan tekanan diastolik > 90 mmHg disebut …
15.   Hipertensi esensial adalah tipe yang paling sering, menyerang sekitar 90% penderita hipertensi. Penyebab pasti dari hipertensi esensial tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor penunjang yang dapat menjadi penyebabnya yaitu …
16.   Vitamin yang larut dalam air …
17.   Defisiensi vitamin K dapat terjadi akibat …
18.   Angka Kecukupan Gizi (AKG) vitamin C untuk orang dewasa … mg/hari
19.   Lima Imunisasi dasar Lengkap (LIL) yang wajib diberikan pada Balita yaitu …
20.   Vaksinasi dimana antigen yang ada dalam vaksin akan menyebabkan pembentukan antibodi, yang menyebabkan tubuh mempunyai imunitas spesifik terhadap antigen ini disebut imunisasi …