Selasa, 11 Desember 2012

Injectiones Bag. 2

c) Untuk mendapatkan isoioni
              Yang dimaksud isoioni adalah larutan injeksi tersebut mengandung ion-ion yang sama dengan ion-ion yang terdapat dalam darah, yaitu : K+ , Na+ , Mg++ , Ca++ , Cl-. Isoioni diperlukan pada penyuntikan dalam jumlah besar, misalnya pada infus intravena.

d) Sebagai zat bakterisida / bakteriostatik
Zat bakterisida perlu ditambahkan jika  :
1.    Bahan obat tidak disterilkan, larutan injeksi dibuat secara aseptik.
2.    Bila larutan injeksi disterilkan dengan cara penyaringan melalui penyaring bakteri steril.
3.    Bila larutan injeksi disterilkan dengan cara pemanasan pada suhu 980 – 1000 selama 30 menit.
4.    Bila larutan injeksi diberikan dalam wadah takaran berganda.

Zat bakterisida tidak perlu ditambahkan jika  :
1.    sekali penyuntikan melebihi 15 ml.
2.    Bila larutan injeksi tersebut sudah cukup daya bakteriostatikanya ( tetes mata Atropin Sulfat dalam pembawa asam borat, tak perlu ditambah bakterisida, karena asam borat dapat berfungsi pula sebagai antiseptik ).
3.    Pada penyuntikan : intralumbal, intratekal, peridural, intrasisternal, intraarterium dan intrakor.

e) Sebagai zat pemati rasa setempat / anestetika lokal
              Digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada tempat dilakukan penyuntikan , yang disebabkan larutan injeksi tersebut terlalu asam.  Misalnya Procain dalam injeksi Penicillin dalam minyak, Novocain dalam injeksi Vit. B-compleks, Benzilalkohol dalam injeksi Luminal-Na.

f) Sebagai Stabilisator
              Digunakan untuk menjaga stabilitas larutan injeksi dalam penyimpanan. Stabilisator digunakan untuk :
(1)     Mencegah terjadinya oksidasi oleh udara, dengan cara :
(a)      Mengganti udara di atas larutan injeksi dengan gas inert, misalnya gas N2 atau gas CO2.
(b)      Menambah antioksidant untuk larutan injeksi yang tidak tahan terhadap O2 dari udara. Contohnya : penambahan Na-metabisulfit / Na-pirosulfit 0,1 % b/v pada larutan injeksi Vit.C, Adrenalin dan Apomorfin.
(2)     Mencegah terjadinya endapan alkaloid oleh sifat alkalis dari gelas. Untuk ini dapat dengan menambah chelating agent EDTA ( Etilen Diamin Tetra Asetat ) untuk mengikat ion logam yang lepas dari gelas / wadah kaca atau menambah HCl sehingga bersuasana asam.
(3)     Mencegah terjadinya perubahan pH dengan menambah larutan dapar.
(4)     Menambah / menaikkan kelarutan bahan obat, misalnya injeksi Luminal dalam Sol.Petit, penambahan Etilendiamin pada injeksi Thiophyllin.

Dibedakan : wadah untuk injeksi dari kaca atau plastik.
Dapat juga dibedakan lagi menjadi :
§  Wadah dosis tunggal ( single dose ), wadah untuk sekali pakai misalnya ampul.
§  Ditutup dengan cara melebur ujungnya dengan api sehingga tertutup kedap tanpa penutup karet.
§  Wadah dosis ganda ( multiple dose ), wadah untuk beberapa kali penyuntikan, umumnya ditutup dengan karet dan alumunium,  misalnya vial ( flakon ) , botol.

Wadah kaca
Syarat wadah kaca :
1.    Tidak boleh bereaksi dengan bahan obat
2.    Tidak boleh mempengaruhi khasiat obat.
3.    Tidak boleh memberikan zarah / partikel kecil ke dalam larutan injeksi.
4.    Harus dapat memungkinkan pemeriksaan isinya dengan mudah.
5.    Dapat ditutup kedap dengan cara yang cocok.
6.    Harus memenuhi syarat " Uji Wadah kaca untuk injeksi "

Wadah dari plastik ( polietilen, polipropilen ) .
Keuntungan :
netral secara kimiawi, tidak mudah pecah dan tidak terlalu berat hingga mudah diangkut, tidak diperlukan penutup karet.
Kerugian :
dapat ditembus uap air hingga kalau disimpan akan kehilangan air, juga dapat ditembus gas CO2.
Wadah plastik disterilkan dengan cara sterilisasi gas dengan gas etilen oksida.

Digunakan pada wadah dosis ganda yang terbuat dari gelas / kaca. Tutup karet dibuat dari karet sintetis atau bahan lain yang cocok. Untuk injeksi minyak , tutup harus dibuat dari bahan yang tahan minyak atau dilapisi bahan pelindung yang cocok.
Syarat tutup karet yang baik adalah bila direbus dalam otoklaf, maka :
a.    Karet tidak lengket / lekat, dan jika ditusuk dengan jarum suntik, tidak melepaskan pecahannya serta segera tertutup kembali setelah jarum suntik dicabut.
b.    Setelah dingin tidak boleh keruh.
c.    Uapnya tidak menghitamkan kertas timbal asetat                    ( Pb-asetat ).
Cara mencuci :
mula-mula dicuci dengan detergen yang cocok, jangan memakai sabun Calsium / Magnesium karena ion-ion itu akan mengendap pada dinding kaca. Bilas dengan air dan rebus beberapa kali pendidihan, tiap kali pendidihan, air diganti.


Cara sterilisasi :
masukkan tutup karet ke dalam labu berisi larutan bakterisida, tutup, sterilkan dengan cara sterilisasi A, biarkan selama tidak kurang dari 7 hari. Bakterisida yang digunakan harus sama dengan bakterisida yang digunakan dalam obat suntiknya dengan kadar 2 kalinya dengan volume untuk tiap 1 gram karet dibutuhkan 2 ml.
Tutup karet yang mengandung Na-pirosulfit, sebelum dipakai harus direndam dalam larutan bakterisida yang mengandung Na-pirosulfit 0,1 % selama tidak kurang dari 48 jam.

Persiapan pembuatan obat suntik :
1.    Perencanaan
Direncanakan dulu, apakah obat suntik itu akan dibuat secara aseptik atau dilakukan sterilisasi akhir ( nasteril  ).
Pada pembuatan kecil-kecilan alat yang digunakan antara lain pinset, spatel, pengaduk kaca, kaca arloji yang disterilkan dengan cara dibakar pada api spiritus.
Ampul, Vial atau flakon beserta tutup karet, gelas piala, erlemeyer, corong yang dapat disterilkan dalam oven 1500 selama 30 menit ( kecuali tutup karet, didihkan selama                30 menit dalam air suling atau menurut FI.ed.III )
Kertas saring, kertas G3, gelas ukur disterilkan dalam otoklaf. Untuk pembuatan besar-besaran di pabrik, faktor tenaga manusia juga harus direncanakan.

2     Perhitungan dan penimbangan
Perhitungan dibuat berlebih dari jumlah yang harus didapat, karena dilakukan penyaringan, kemudian ditimbang. Larutkan masing-masing dalam Aqua p.i  yang sudah dijelaskan cara pembuatannya, kemudian dicampurkan.

3     Penyaringan
Lakukan penyaringan hingga jernih dan tidak boleh ada serat yang terbawa ke dalam filtrat. Pada pembuatan kecil-kecilan dapat disaring dengan kertas saring biasa sebanyak 2 kali , lalu disaring lagi dengan kertas saring G3.

4     Pengisian ke dalam wadah
Cairan :
Farmakope telah mengatur volume tambahan yang dianjurkan.
Bubuk kering :
       jumlah bubuk diukur dengan jalan penimbangan atau berdasarkan volume, diisi melalui corong.

Pengisian dengan wadah takaran tunggal dijaga supaya bagian yang akan ditutup dengan pemijaran, harus bersih, terutama dari zat organik, karena pada penutupan zat organik  tersebut akan menjadi arang dan menghitamkan wadah sekitar ujungnya .
Membersihkan bagian leher wadah dapat dilakukan dengan :
a.     memberi pelindung pada jarum yang dipakai untuk mengisi wadah.
b.    menyemprot dengan uap air pada mulut wadah obat suntik yang dibuat dengan pembawa berair.

5.    Penutupan Wadah
Wadah dosis tunggal  :
ditutup dengan cara melebur ujungnya dengan api hingga tertutup kedap.
Wadah dosis ganda  :
ditutup dengan karet melalui proses pengurangan tekanan hingga karet tertarik ke dalam. Tutup karet dilapisi dengan tutup alumunium.

6     Penyeterilan ( Sterilisasi )
Sterilisasi menurut Fi.ed.III dan IV.dapat dilakukan sesuai dengan persyaratan masing-masing monografinya dan sifat dari larutan obat suntiknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar