Selasa, 11 Desember 2012

Uji Sterilitas Teknik Aseptik Pada Injeksi

7     Uji sterilitas pada teknik aseptik
Sediaan steril selalu dilakukan Uji Sterilitas sebelum sediaan itu diedarkan ke pasaran.
Uji Sterilitas dapat dilakukan sebagai berikut :
ke dalam salah satu wadah dimasukkan medium biakan bakteri sebagai ganti cairan steril. Tutup wadah dan eramkan pada suhu 320 selama 7 hari. Jika terjadi pertumbuhan kuman, menunjukkan adanya cemaran yang terjadi pada waktu pengisian bahan steril ke dalam wadah akhir yang steril.

Pembuatan larutan injeksi :
Dalam garis besar cara pembuatan larutan injeksi dibedakan :
1.    Cara aseptik
2.    Cara non-aseptik ( Nasteril )

1. Cara aseptic :
Digunakan kalau bahan obatnya tidak dapat disterilkan, karena akan rusak atau mengurai.
Caranya : 
Zat pembawa, zat pembantu, wadah, alat-alat dari gelas untuk pembuatan, dan yang lainnya yang diperlukan disterilkan sendiri-sendiri. Kemudian bahan obat, zat pembawa, zat pembantu dicampur secara aseptik dalam ruang aseptik hingga terbentuk larutan injeksi dan dikemas secara aseptik.

Skema pembuatan secara aseptik :
Bahan obat

Zat pembawa   ( steril )

Zat pembantu ( steril )
Alat untuk pembuatan
( gelas )


Dicuci

disterilkan
Dilarutkan          ( ruang steril )
wadah ( ampul, vial )



Dicuci

disterilkan
Diisi




Ditutup kedap




Dikarantina
Diberi etiket dan dikemas


Diperiksa







2. Cara non-aseptik ( NASTERIL ).
Dilakukan sterilisasi akhir
Caranya :
bahan obat dan zat pembantu dilarutkan ke dalam zat pembawa dan dibuat larutan injeksi. Saring hingga jernih dan tidak boleh ada serat yang terbawa ke dalam filtrat larutan. Masukkan ke dalam wadah dalam keadaan bersih dan sedapat mungkin aseptik, setelah dikemas, hasilnya disterilkan dengan cara yang cocok.

Skema pembuatan secara non-aseptik :
Bahan obat

Zat pembawa  

Zat pembantu

Alat untuk pembuatan
( gelas )


Dicuci




Dilarutkan          ( ruang steril )
wadah ( ampul, vial )



Disaring
Dicuci




Diisi




Ditutup kedap
Disterilkan




Dikarantina
Diberi etiket dan dikemas


Diperiksa






 

E. Pemeriksaan

              Setelah larutan injeksi ditutup kedap dan disterilkan, perlu dilakukan pemeriksaan kemudian yang terakhir diberi etiket dan dikemas. Pemeriksaan meliputi :
1.    Pemeriksaan kebocoran.
2.    Pemeriksaan sterilitas.
3.    Pemeriksaan pirogenitas
4.    Pemeriksaan kejernihan dan warna..
5.    Pemeriksaan keseragaman bobot.
6.    Pemeriksaan keseragaman volume.
              Pemeriksaan 1 - 4 tersebut di atas disebut Pemeriksaan hasil akhir produksi.

Untuk mengetahui kebocoran wadah, dilakukan sebagai berikut :
a.    Untuk injeksi yang disterilkan dengan pemanasan.
(i)    Ampul :
disterilkannya dalam posisi terbalik dengan ujung  yang dilebur disebelah bawah. Wadah yang bocor, isinya akan kosong / habis atau berkurang setelah selesai sterilisasi           .
(ii)   Vial :
setelah disterilkan , masih dalam keadaan panas, masukkan ke dalam larutan metilen biru 0,1 % yang dingin. Wadah yang bocor akan berwarna biru, karena larutan metilen biru akan masuk ke dalam larutan injeksi tersebut.

b.    Untuk injeksi yang disterilkan tanpa pemanasan atau secara aseptik / injeksi berwarna
Diperiksa dengan memasukkan ke dalam eksikator dan divakumkan. Wadah yang bocor, isinya akan terisap keluar.



              Digunakan untuk menetapkan ada tidaknya bakteri, jamur dan ragi yang hidup dalam sediaan yang diperiksa. Dilakukan dengan teknik aseptik yang cocok. Sebelum dilakukan uji sterilitas, untuk zat-zat :
a.         Pengawet : larutan diencerkan dahulu, sehingga daya pengawetnya sudah tidak bekerja lagi.
b.         Antibiotik : daya bakterisidanya diinaktifkan dulu, misalnya pada Penicillin ditambah enzym Penicillinase.
Menurut FI. ed.III, pemeriksaan ini dilakukan sebagai berikut :
a.         Dibuat perbenihan A untuk memeriksa adanya bakteri yang terdiri dari:
                             i.     Perbenihan thioglikolat untuk bakteri aerob , sebagai pembanding  digunakan Bacillus subtilise atau Sarcina lutea.
                           ii.     Perbenihan thioglikolat yang dibebaskan dari oksigen terlarut dengan memanaskan pada suhu 1000 selama waktu yang diperlukan, untuk bakteri anaerob, sebagai pembanding digunakan Bacteriodes vulgatus atau Clostridium sporogenus.
b.         Dibuat perbenihan B untuk memeriksa adanya jamur dan ragi, untuk itu dipakai perbenihan asam amino, sebagai pembanding digunakan Candida albicans
Penafsiran hasil : zat uji dinyatakan pada suhu 300 – 320 selama tidak kurang dari 7 hari, tidak terdapat pertumbuhan jasad renik.

              Pirogen : Berasal dari kata Pyro dan Gen artinya pembentuk demam / panas.  Pirogen adalah Zat yang terbentuk dari hasil metabolisme mikroorganisme ( bangkai mikroorganisme ) berupa zat eksotoksin dari kompleks Polisacharida yang terikat pada suatu radikal yang mengandung unsur Nitrogen dan Posfor, yang dalam kadar 0,001 – 0,01 gram per kg berat badan, dapat larut dalam air, tahan pemanasan, dapat menimbulkan demam jika disuntikkan. (reaksi demam setelah 15 menit sampai 8 jam). Pirogen bersifat termolabil. Larutan injeksi yang pemakaiannya lebih dari 10 ml satu kali pakai, harus bebas pirogen.

Cara menghilangkan pirogen
1.    Untuk alat / zat yang tahan terhadap pemanasan ( jarum suntik, alat suntik dll.) dipanaskan pada suhu 2500 selama 30 menit

2.    Untuk aqua p.i ( air untuk injeksi ) bebas pirogen :
a.    Dilakukan oksidasi :
§   Didihkan dengan larutan H2O2 1 % selama 1 jam.
§   1 liter air yang dapat diminum, ditambah 10 ml larutan KMnO4  0,1 N dan 5 ml larutan 1 N, disuling dengan wadah gelas, selanjutnya kerjakan seperti pembuatan Air untuk injeksi.
b.  Dilakukan dengan cara absorpsi :
Saring dengan penyaring bakteri dari asbes. Lewatkan dalam kolom Al2O3 Panaskan dalam Arang Pengabsorpsi 0,1 % ( Carbo adsorbens 0,1% pada suhu 600 selama 5 – 10 menit  ( literatur lain  15 menit ) sambil sekali-sekali diaduk, kemudian disaring dengan kertas saring rangkap 2 atau dengan filter asbes.

Cara mencegah terjadinya pirogen :
1.         Air suling segar yang akan digunakan untuk pembuatan air untuk injeksi harus segera digunakan setelah disuling.
2.         Pada waktu disuling jangan ada air yang memercik
3.         Alat penampung dan cara menampung air suling harus seaseptis mungkin
Sumber pirogen :
1.         Air suling yang telah dibiarkan lama dan telah tercemar bakteri dari udara.
2.         Wadah larutan injeksi dan bahan-bahan seperti glukosa, NaCl dan Na-sitrat.

Uji pirogenitas :
dengan mengukur peningkatan suhu badan kelinci percobaan yang disebabkan penyuntikan i.v sediaan uji pirogenitas. Jumlah kelinci percobaan bisa 3, 6, 9, 12 ( secara detailnya lihat  FI.ed.II  )


Tidak ada komentar:

Posting Komentar