Senin, 10 Desember 2012

Solutio (Larutan) I

 

A. Pengertian

          Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu  atau lebih zat kimia yang terlarut. Misal : terdispersi secara molekuler  dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur.
          Karena molekul-molekul  dalam larutan terdispersi  secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis  dan memiliki ketelitian  yang baik jika larutan  diencerkan atau dicampur.
          Bila zat A dilarutkan dalam  air atau pelarut lain akan terjadi tipe larutan sebagai berikut :
1.      Larutan encer, yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut.
2.      Larutan, yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang terlarut.
3.      Larutan jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat larut dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.
4.      Larutan lewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut melebihi batas kelarutannya di dalam air pada temperatur tertentu.

          Zat pelarut disebut juga solvent, sedangkan zat yang terlarut disebut solute. Solvent yang biasa dipakai adalah :
1.      Air untuk macam-macam garam
2.      Spiritus , misalnya untuk kamfer, iodium , menthol.
3.      Gliserin, misalnya untuk tannin, zat samak, borax, fenol.
4.      Eter, misalnya untuk  kamfer, fosfor , sublimat.
5.      Minyak, misalnya untuk kamfer dan menthol.


6.      Parafin Liquidum, untuk cera, cetaceum, minyak-minyak, kamfer, menthol, chlorobutanol.
7.      Eter minyak tanah , untuk minyak-minyak lemak.

B.       Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan

1.        Sifat dari solute  atau solvent.
       Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air.
Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpolar pula. Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam chloroform.

2.        Cosolvensi.
       Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya  Luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air – gliserin atau  solutio petit

3.        Kelarutan.
       Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut , zat yang sukar larut  memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah :



a.    Dapat larut dalam air.
§ Semua garam klorida  larut , kecuali AgCl,  PbCl2,  Hg2Cl2.
§ Semua garam nitrat larut, kecuali nitrat base, seperti bismuthi subnitras.
§ Semua garam sulfat larut, kecuali  BaSO4, PbSO4, CaSO4 (sedikit larut)

b.    Tidak larut dalam air.
§ Semua garam karbonat tidak larut , kecuali K2CO3, Na2CO3, (NH4) 2CO3.
§ Semua oksida dan hidroksida tidak larut , kecuali  KOH, NaOH, NH4OH, BaO, dan Ba(OH)2.
§ Semua garam posphat tidak larut, kecuali K3PO4, Na3PO3, (NH4)3PO4

4.        Temperatur.
       Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.

Zat terlarut  +  pelarut  +  panas  à   Larutan 

       Beberapa zat yang lain justru kenaikan temperatur menyebabkan tidak larut, zat tersebut dikatakan bersifat eksoterm, karena pada proses kelarutannya menghasilkan panas.
Zat terlarut  +  pelarut    à Larutan   +   panas
Contoh  :  K2SO4, KOH, CaHPO4, Calsium gliseropospat,                                                    minyak atsiri, gas-gas yang larut.
Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak boleh dipanaskan, misalnya :
a.    Zat-zat yang atsiri, misalnya etanol, minyak atsiri
b.    Zat yang terurai, misalnya Natrii bicarbonas
c.    Saturatio
d.   Senyawa – senyawa calsium, misalnya aqua calcis

5.        Salting Out.
       Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu  yang mempunyai  kelarutan lebih besar di banding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan  zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia.
Contoh :
a.    Kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh. Disini kelarutan NaCl dalam air lebih besar dibanding  kelarutan  minyak atsiri dalam air, maka minyak atsiri  akan  memisah.
b.     Reaksi antara papaverin Hcl dengan solutio charcot menghasilkan endapan papaverin base.                           
6.        Salting  In.
       Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama  dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya : riboflavin (vitamin B2) tidak larut dalam air, tetapi larut dalam larutan yang mengandung nicotinamidum (terjadi penggaraman riboflavin + basa NH4 ).

7.        Pembentukan kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut  dengan zat yang larut  dengan membentuk garam kompleks.
Contohnya : Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
KI       +   I2      à            KI3
HgI2   +   2KI    à            K2HgI4


Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh  :
§   Ukuran partikel ; makin halus solute, makin kecil ukuran  partikel ; makin luas permukaan solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.
§   Suhu ; umumnya kenaikan suhu menambah kelarutan solute.
§   Pengadukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar