Selasa, 11 Desember 2012

Sediaan Galenika Bag. IX


J.       Minyak Atsiri (Olea Volatilia)
Minyak atsiri disebut juga minyak menguap atau minyak terbang. Olea Volatilia adalah campuran bahan-bahan berbau keras yang menguap, yang diperoleh baik dengan cara penyulingan atau perasan simplisia segar maupun secara sintetis. Minyak atsiri diperoleh dari tumbuh-tumbuhan. Contoh : daun, bunga, kulit buah, buah atau dibuat secara sintetis.


Sifat-sifat minyak atsiri :
1.        mudah menguap
2.        rasa yang tajam
3.        wangi yang khas
4.        tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik.
5.        minyak atsiri yang segar tidak berwarna, sedikit kuning muda.

Warna coklat, hijau ataupun biru, disebabkan adanya zat-zat asing dalam minyak atsiri tersebut. Misalnya : Minyak kayu putih (Oleum Cajuputi) yang murni tidak berwarna. Warna hijau yang ada seperti yang terlihat diperdagangan karena adanya : klorophyl dan spora-spora Cu (tembaga). Warna kuning atau kuning coklat terjadi karena adanya penguraian.

Pemerian :
·           Cairan jernih
·           Bau seperti bau bagian tanaman asal.
·           Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindung dari cahaya dan ditempat sejuk.

Identifikasi :
1.        teteskan 1 tetes minyak di atas air, permukaan air tidak keruh.
2.        pada sepotong kertas teteskan 1 tetes minyak yang diperoleh dengan cara penyulingan uap tidak terjadi noda transparan
3.        kocok sejumlah minyak dengan larutan NaCl jenuh volume sama, biarkan memisah, volume air tidak boleh bertambah.

Cara-cara memperoleh minyak atsiri :
A.    Cara pemerasan yaitu cara yang termudah dan masih dapat dikatakan primitif. Cara ini hanya dapat dipakai untuk minyak atsiri yang mempunyai kadar tinggi dan untuk minyak atsiri yang mempunyai kadar tinggi dan minyak atsiri yang tidak tahan pemanasan. Contoh : minyak jeruk


B.       Cara penyulingan ( destilasi).
Ada 2:
1.    Cara langsung ( menggunakan api langsung)
    Bahan yang akan diolah di masukkan ke dalam sebuah bejana di atas pelat yang berlubang dan bejana berisi air. Uap air yang naik melalui lubang dan melalui sebuah pendingin, kemudian minyak yang keluar dengan uap air di tampung. Cara ini hanya dapat digunakan untuk jumlah bahan bakal yang sedikit, karena jumlah air yang akan menjadi uap dan membawa serta minyak terbatas jumlahnya.

2.    Cara tidak langsung ( destilasi uap)
Bahan yang akan di olah di masukkan ke dalam sebuah bejana dan di tambah dengan air. Alirkan ke dalamnya uap air yang berasal dari bejana lain. Cara ini dapat digunakan untuk bahan bakal dalam jumlah yang besar terutama bahan bakal yang mempunyai kadar minyak atsiri yang rendah.

Dari ke dua cara di atas pada bejana penampungan akan terdapat dua lapisan, yaitu air dan minyak atsiri.
Letak minyak atsiri dan air tergantung pada berat jenisnya. Jika Bj minyak atsiri > Bj air maka minyak atsiri berada di bawah dan sebaliknya.
Ke dua lapisan ini dapat dipisahkan dan setelah dipisahkan sisa air dapat di keringkan dengan menggunakan zat - zat pengering, contoh: Na2SO4 exicatus.
Pengeringan sisa air ini perlu di lakukan sebab dengan adanya sisa air tersebut minyak atsiri  cepat rusak / menjadi tengik. Bila lapisan minyak atsiri dan air sukar dipisahkan dapat di tambahkan NaCl jenuh untuk menarik airnya

3. Cara Enfleurage
·      Biasanya untuk minyak atsiri yang berasal dari daun bunga yang digunakan untuk kosmetik. Daun bunga disebarkan diatas keping gelas yang lebih dulu dilapisi dengan lemak atau gemuk. Dibiarkan beberapa lama, tergantung dari jenis daun yang diolah, contoh:bunga melati 24 jam. Kemudian daun bunga diangkat, diganti dengan yang segar sampai beberapa kali, sampai lemak itu benar-benar jenuh dengan minyak atsiri. Biasanya lemak itu dapat digunakan untuk 30 kali.
·      Kemudian lapisan lemak dikerok, dilarutkan dalam alkohol absolut, minyak atsiri akan larut, sedangkan lemaknya tidak larut, sehingga lemaknya dapat dipisahkan dari minyak atsiri. Minyak atsiri yang ada dalam alkohol disuling secara vacum (dengan alat evaporator vacum ). Alkohol yang digunakan bukan alkohol fortior sebab waktu diuapkan, uap air akan membawa minyak atsiri.
Cara ini dapat digunakan untuk bahan bakal dengan kandungan minyak atsiri yang rendah dan tidak tahan pemanasan.

Syarat – syarat minyak atsiri
1.    Harus jernih, tidak berwarna, kalau perlu setelah pemanasan.Kejernihan dapat dibuktikan dengan cara meneteskan 1 tetes minyak atsiri keatas permukaan air, permukaan air tidak keruh.Minyak menguap umumnya tidak berwarna, hanya beberapa yang sesui dengan warna aslinya. Oleum bergamottae berwarna hijau karena klorofilnya terlarut kedalamnya. Oleum kajuputi berwarna hijau karena senyawa tembaga dari alat penyulingnya terlarut kedalamnya. Minyak atsiri akan berwarna kuning atau kuning kecoklatan karena sudah terurai atau teroksidasi.
2.    Mudah larut dalam Chloroform atau Eter.
3.        Minyak atsiri yang diperoleh dari penyulingan uap harus bebas minyak lemak. Hal ini dibuktikan dengan cara meneteskan keatas kertas perkamen tidak meninggalkan noda transparan.
4.        Harus kering, karena air akan mempercepat reaksi oksidasi sehingga minyak akan berwarna. Kekeringan dibuktikan dengan cara mengocok sejumlah minyak atsiri dengan larutan Natrium Klorida jenuh vbolume sama, biarkan memisah, volume air tidak boleh bertambah.
5.        Bau dan rasa seperti simplisia.
       Bau diperiksa dengan cara mencampurkan satu tetes minyak atsiri dengan 10 ml air. Rasa diperiksa dengan  mencampur satu tetes minyak atsiri dengan 2 gram gula.

Contoh-contoh minyak atsiri :
1.    Oleum foeniculi (minyak adas)
Cara pembuatan :
Penyulingan uap buah masak Foeniculum vulgaris Mill varietas a vulgare dan b-dulce.

2.    Oleum Anisi (minyak adas manis)
Cara pembuatan :
Penyulingan uap buah kering Illicium verum Hook dan buah kering Pimpenilla anisum L (fam : Magnoliaceae)

3.    Oleum Caryophylli (minyak cengkeh)
Cara pembuatan :
Penyulingan pucuk berbunga yang telah dikeringkan dari tanaman Eugenia caryophyllata.

4.    Oleum Citri (minyak jeruk)
Cara pembuatan :
Pemerasan pericarp (kulit buah bagian luar yang masih segar) dari tanaman Citrus lemon.

5.    Oleum Aurantii (minyak jeruk manis)
Cara pembuatan :
Pemerasan pericarp (kulit buah luar yang segar dan masak) dari tanamam Citrus sinensis.

6.    Oleum Eucalypti (minyak kayu putih)
Adalah minyak atsiri yang mengandung sineol 50-60%. Diperoleh dengan destilasi uap dari daun segar, ujung cabang segar dari berbagai spesies Eucalyptus atau spesies yang diinginkan (E. globulus, E. futicerutum, E. polybractea, E. Smithii).

7.    Oleum Menthae piperitae (minyak permen)
Adalah minyak atsiri  yang diperoleh dengan destilasi uap dari bagian di atas tanah tanaman berbunga Mentha piperita yang segar dan telah dimurnikan.

8.    Oleum Cinnamommi ( minyak kayu manis)
Pembuatan : Penyukingan uap kulit batang dan kulit cabang Cinnamomum zeylanicum Blume.

9.    Oleum Citronellae ( minyak sereh)
Pembuatan : Penyulingan uap daun Cymbopogon Nardus.

10. Oleum Rosae ( minyak mawar)
Pembuatan : Penyulingan uap bunga segar Rosa Galica Alba.


K.     Syrup (Sirupi)
Adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kadar sakarosa (C12 H22 O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%.

Cara pembuatan sirup :
Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu didihkan hingga larut. Tambahkan air mendidih secukupnya  hingga diperoleh bobot yang dikehendaki, buang busa yang terjadi, serkai.
Cairan untuk sirup, kedalam mana gulanya akan dilarutkan dapat dibuat dari :
1.        aqua destilata : untuk sirupus simplex.
2.        hasil-hasil penarikan dari bahan dasar :
a.         maserat misalnya sirupus Rhei
b.         perkolat misalnya sirupus Cinnamomi
c.         colatura misalnya sirupus Senae
d.        sari buah misalnya rubi idaei
3.        larutan atau campuran larutan bahan obat misalnya : methydilazina hydrochloridi sirupus, sirup-sirup dengan nama patent misalnya yang mengandung campuran vitamin .

·           pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung glikosida antrakinon di tambahkan Na2CO3 sejumlah 10% bobot simplisia.

·           Kecuali dinyatakan lain, pada pembuatan sirup simplisia untuk persediaan ditambahkan metil paraben 0,25 %  b/v atau pengawet lain yang cocok.

·           Kadar gula dalam sirup pada suhu kamar maksimum 66 % sakarosa, bila lebih tinggi akan terjadi pengkristalan, tetapi bila lebih rendah dari 62 % sirup akan membusuk.

·           Bj sirup kira-kira 1,3

·           Pada penyimpanan dapat terjadi inversi dari sakarosa ( pecah menjadi glukosa dan fruktosa ) dan bila sirup yang bereaksi asam inversi dapat terjadi lebih cepat.

·           Pemanasan sebaiknya dihindari karena pemanasan akan menyebabkan terjadinya gula invert.

·           Gula invert adalah gula yang terjadi karena penguraian sakarosa yang memutar bidang polarisasi kekiri.

·           Gula invert tidak dikehendaki dalam sirup karena lebih encer sehingga mudah berjamur dan berwarna tua ( terbentuk karamel ), tetapi mencegah terjadinya oksidasi dari bahan obat.

·           Pada sirup yang mengandung sakarosa 62 % atau lebih, sirup tidak dapat ditumbuhi jamur, meskipun jamur tidak mati.

·           Bila kadar sakarosa turun karena inversi, maka jamur dapat tumbuh. Bila dalam resep, sirup diencerkan dengan air dapat pula ditumbuhi jamur.

·           Untuk mencegah sirup tidak menjadi busuk, dapat ditambahkan bahan pengawet misalnya nipagin.

·           Kadang-kadang gula invert dikehendaki adanya misalnya dalam pembuatan sirupus Iodeti ferrosi.
       Hal ini disebabkan karena sirup merupakan media yang mereduksi, mencegah bentuk ferro menjadi bentuk ferri.
       Gula invert disini dipercepat pembuatannya dengan memanaskan larutan gula dengan asam sitrat.

·           Bila cairan hasil sarian mengandung zat yang mudah menguap maka sakarosa  dilarutkan dengan pemanasan lemah dan dalam botol yang tertutup, seperti pada pembuatan Thymi sirupus dan Thymi compositus sirupus, aurantii corticis sirupus. Untuk cinnamomi sirupus sakarosa dilarutkan tanpa pemanasan.

·           Maksud menyerkai pada sirup adalah untuk memperoleh sirup yang jernih.

3 komentar: